Page 12 - velodrome
P. 12
2. Bagaimana pembangunan keberlanjutan dari JIV setelah diserahkan pada
DISORDA Provinsi DKI Jakarta?
3. Bagaimana peran pemangku kepentingan dalam membangun Kemitraan
berkelanjutan?
PASCA SERAH TERIMA VELODROME INTERNASIONAL
PROFESIONALITAS DALAM PENGELOLAAN VELODROME
Isu profesionalitas pada lingkup tata kelola pemerintahan saat ini
kaitannya erat dengan istilah governance. Governance atau yang diartikan ke
dalam bahasa Indonesia berarti pemerintahan yang mengacu pada tindakan
memerintah, atau bagaimana institusi pemerintahan membuat keputusan untuk
menggunakan wewenang dan kontrol, menunjukkan kekuasaan, mengambil
tindakan, dan memastikan bahwa semua kinerja pekerja sesuai dengan prinsip,
norma, peran, dan prosedur (Frederickson, 2007). Pada kasus ini, Velodrome
setidaknya memiliki permasalahan dan tantangan utama yaitu: pertama,
bagaimana menjaga dan mengendalikan mutu dari lintasan akibat kayu yang
berasal dari negara bukan-tropis, dan kedua, bagaimana melakukan komunikasi
pemasaran, sehingga acara atau kegiatan sehingga dana operasional dapat
terpenuhi.
Penggunaan lintasan yang menggunakan kayu pinus asal Siberia sesuai
kriteria standar internasional. Seperti yang kita ketahui, Siberia merupakan
negera yang memiliki iklim dingin (non-tropis). Berbeda dengan Indonesia
yang mana pada sepanjang tahunnya mendapatkan sinar matahari (tropis).
Variabel suhu adalah peubah yang dapat diubah sewaktu-waktu, akibat
permintaan atlet ketika sedang bertanding, agar tak mengurangi kinerja mereka.
Pada sisi yang sama, kelembaban adalah sesuatu yang bersifat tetap (konstan)
besarannya. Artinya, ketika musim hujan tiba, kelembaban dari ruangan beserta
lintasan sebagai sorotan utama, harus terus dijaga sebagaimana aturan yang
berlaku. Sehingga penanganan utama yang dibutuhkan di sini adalah menjaga
kelembaban dan suhu kayu tersebut supaya mutu dan kualitas tetap terjamin.
Perlakuan terhadap kayu tersebut, agar tetap memiliki kelembaban antara 40%-
STUDI KASUS JAKARTA INTENATIONAL VELADROME 10